sepasang remaja lesbian di persimpangan jalan
a novel by ernest jk wen
judulnya saja sudah menarik, tp jangan harap dapat menemukan adegan2 vulgar di novel ini seperti kalau kita mendengar konotasi kata lesbian. Buku yang mengusung tema yang unik ini menceritakan perjalanan kisah cinta Anggie & Ika pada saat mereka di SMU. Basically tidak ada yang istimewa dari drama cerita percintaan remaja biasa yg mengingatkan saya pada novel Mira W : gita cinta di SMA, dari jendela SMP. Tapi hal yang dapat digarisbawahi adalah bagaimana sepasang remaja lesbian berusaha untuk mengikuti norma-norma yang ada. Jeda waktu selama 3-4 tahun dapat membuat mereka berpikir lebih dalam akan apa keputusan yang mereka ambil, apakah itu suatu kebahagiaan tapi menentang arus & tradisi atau menjadi normal? Settingnya di sekolah katolik dan kental akan nuansa katolik, sehingga membuat saya familiar dengan situasinya. Digambarkan bahkan seorang yang religius ataupun aktif dalam pelayanan tidak lepas dari kemunafikan dan bahkan dosa.
Pada cerita kilas balik yang menceritakan bagaimana ibu Anggie, Lany yg notabene adalah seorang lesbian juga berusaha untuk menjalani kehidupan seorang perempuan normal yang menikah dan mempunyai anak. Sayangnya (unfortunately), Lany tidak mendapatkan seorang suami yang baik, yang ada hanyalah seorang suami tukang selingkuh sehingga menurut saya hal ini menjadi suatu syarat mutlak dalam perceraian.
Jadi, apakah seorang lesbian juga dipengaruhi dengan faktor genetik, ataukah hal itu hanya kebetulan semata ? Dilihat dari Anggie yang tidak punya figur ayah yang ideal, bahkan cenderung tidak menyukai ayahnya, bisa jadi ia mendapatkan kehangatan dari seorang perempuan juga. Tp bgm dengan Ika, seorang yang berotak cemerlang dalam pelajaran, namun mempunyai keluarga yang biasa2 saja dan bahkan hidup dalam kekurangan ? Sebagaimana dengan adanya chemistry, saya juga percaya bahwa menjadi lesbian dapat terjadi tanpa disengaja atau direncanakan. Dan bagi saya yang penganut faham modern, walaupun sudah dibahas bahwa homoseksual adalah dosa di mata Tuhan, dan banyaknya homophobia di sekitar kita, saya merasa tidak dapat menghakimi seorang homoseksual. "Biarlah yang tidak berdosa melempar batu pertama".
Ada yang unik lagi dalam mendapatkan buku ini yg sdh sold out dimana2 (khususnya Gramedia), saya contact lgs dengan pengarangnya dan membeli langsung pada beliau plus minta di-ttd (norak ga sih?).
Comments